“HEI TAHANAN JALANG!”
Suara dari
luar membangunkanku. Aku tahu, namaku tidak mungkin disebut. Orang-orang bodoh. Mereka pikir dengan
menyebutnya saja itu akan membunuh mereka. Tidak tahukah orang-orang itu, namaku berasal
dari mantra petir paling kuat bahkan untuk menghancurkan satu kota agung yang
brengsek ini—kota-kota yang diserukan kegemilangannya diseluruh pelosok Avoi. Aku
mendengus. Bukannya mantra kematian yang dapat dirapal sembarang orang. Jangan sampai
aku menyebut namaku sendiri. Aku ingin menggantinya dengan yang lain jika bisa.
Sayangnya, yah, sayangnya...
Suara itu
segera berlalu. Hanya untuk memberi tahu dengan cukup sopan untuk seorang
tahanan bahwa waktu sudah pagi dan makanan anjing disodorkan lewat celah tralis
besi sebagai menu sarapan. Tidak ada pembedaan. Bahkan mengingat siapa aku. Astaga! Aku terkekeh
pilu.
Mataku terbuka,
menangkap cahaya matahari lolos lewat celah di dinding. Aku mengabaikan piring
seng di depan pintu, menyodorkan kepala ke celah dan melihat melewatinya.
Ah, hari
ini, ya. Mataku melihat sedikit deret sesemakan perdu tertata di luar berbuah
beri ungu menggoda. Bukan pemandangan yang luar biasa. Sesemakan itu menghiasi
altar pengadilan.
Aku mengingat
semuanya—sekali lagi. Tentangmu juga, cahaya...
Wall picture: http://mannaismayaadventure.com/2011/02/20/athena-the-greek-olympian-goddess/
Wall picture: http://mannaismayaadventure.com/2011/02/20/athena-the-greek-olympian-goddess/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar