Kamis, 22 Mei 2014

Ingatan yang Kesekian Kalinya






“HEI TAHANAN JALANG!”
Suara dari luar membangunkanku. Aku tahu, namaku tidak mungkin disebut.  Orang-orang bodoh. Mereka pikir dengan menyebutnya saja itu akan membunuh mereka.  Tidak tahukah orang-orang itu, namaku berasal dari mantra petir paling kuat bahkan untuk menghancurkan satu kota agung yang brengsek ini—kota-kota yang diserukan kegemilangannya diseluruh pelosok Avoi. Aku mendengus. Bukannya mantra kematian yang dapat dirapal sembarang orang. Jangan sampai aku menyebut namaku sendiri. Aku ingin menggantinya dengan yang lain jika bisa. Sayangnya, yah, sayangnya...
Suara itu segera berlalu. Hanya untuk memberi tahu dengan cukup sopan untuk seorang tahanan bahwa waktu sudah pagi dan makanan anjing disodorkan lewat celah tralis besi sebagai menu sarapan. Tidak ada pembedaan.  Bahkan mengingat siapa aku. Astaga! Aku terkekeh pilu.
Mataku terbuka, menangkap cahaya matahari lolos lewat celah di dinding. Aku mengabaikan piring seng di depan pintu, menyodorkan kepala ke celah dan melihat melewatinya.
Ah, hari ini, ya. Mataku melihat sedikit deret sesemakan perdu tertata di luar berbuah beri ungu menggoda. Bukan pemandangan yang luar biasa. Sesemakan itu menghiasi altar pengadilan.
Aku mengingat semuanya—sekali lagi. Tentangmu juga, cahaya...



Wall picture: http://mannaismayaadventure.com/2011/02/20/athena-the-greek-olympian-goddess/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar